Kamis, 20 September 2012

1.015 Remaja Ikuti Jumbara PMR V Tingkat Kabupaten Tangerang

  

Kabar6-Jumpa Bhakti Gembira (JUMBARA) Palang Merah Remaja (PMR) V Tingkat Kabupaten Tangerang di Desa Sukamanah, Kecamatan Solear, Kabupaten Tangerang, Senin, (2/7/2012), diikuti sebanyak 1.015 remaja. 

Jumbara ini adalah upaya PMI Kabupaten Tangerang untuk membina  kader-kader muda yaitu PMR memberikan pengetahuan tentang kepalangmerahan dalam kehidupan sehari-hari.

“Pemerintah daerah Kabupaten Tangerang selalu memberikan dukungan penuh kepada PMI Kabupaten Tangerang,” kata Hermansyah, Sekretaris Daerah Kabupaten Tangerang saat membuka kegiatan JUMBARA PMR V Tingkat Kabupaten Tangerang.

Lebih jauh Hermansyah mengatakan, banyak kegiatan PMI yang dalam tugas-tugas kemanusiaan yang sangat dirasakan manfaatnya secara langsung oleh masyarakat.
 

PMI menyiapkan tenaga-tenaga terdidik dan terlatih dari kalangan generasi muda, baik dari unit Korps sukarela maupun tenaga sukarela. PMR adalah cikal bakal dari lahirnya tenaga sukarela yang siap mengabdikan dirinya demi kepentingan masyarakat.
 

“Saya berharap dengan adanya JUMBARA ini dapat mengembangkan bagi generasi muda dalam gerakan kemanusiaan dan kepada PMI, untuk terus membina generasi muda dalam wadah PMR, sehingga generasi penerus kepalangmerahan dapat terwujud,” katanya.
 

Sementara, Ketua Pelaksana Anda Suhanda menambahkan, tujuan dilaksanakan Jumbara ini adalah upaya PMI Kabupaten Tangerang untuk membina  kader-kader muda PMR, untuk memberikan pengetahuan tentang kepalangmerahan dalam kehidupan sehari-hari.
 

Sehingga ungkapan “SUMBANGSIH” bukan ucapan belaka melainkan (Siaga memberikan pertolongan terhadap korban bencana, Unit tranfusi darah, Membentuk, Mendidik, Melatih tenaga-tenaga terampil melalui PMR, KSR, dan TSR, turut dalam  membangun masyarakat melalui usaha peningkatan kesejahteraan, menanamkan rasa kasih sayangbagi semua manusia).
 

Kegiatan ini dilaksanakan 1 juli hingga 4 juli 2012, dan peserta Jumbara PMR PMI Ke-V ini dari anggota PMR terpilih sebanyak 30 orang yang terdiri dari 15 anggota PMR Wira (Setingkat SMP/MTs), 15 anggota PMR Madya (setingkat SMA/SMK/MA), disertakan Tenaga Sukarela (TSR) dan Korp Sukarela (KSR) sebanyak 2 orang, Pembina PMR sebanyak 3 orang, jumlah total keseluruhan Kontingen 35 orang dari 29 Kecamatan yang ada di Kabupaten Tangerang dan total keseluruhan peserta 1.015 orang.
 

Lanjut Anda, kegiatan pelaksanaan akan dibagi tiga yaitu Kegiatan Jumpa meliputi kunjungan persahabatan, tukar hasil karya, kontingen favorit, anggota PMR Favorit, Pameran mini, Majalah Dingding, Komfrensi PMR (Forpis), Merancang kegiatan.
 

Kegiatan Bhakti meliputi kunjungan masyarakat, Gerakan kepalangmerahan, Kepemimpinan, ayo siaga bencana, Pertolongan pertama, Remaja sehat peduli sesame, kesehatan remaja, Donor darah, wartawan cilik, Travelling Kepalangmerahan.
 

Dan Kegiatan Gembira yaitu desain kartu ucapan, desain album persahabatan, desain “Maskot PMR”, Pembuatan Souvenir, drama 7 prinsip/HIV, pentas seni, paduan suara, olahraga Bola sundul.

Jumbara ini dilaksanakan setia dua tahun sekali, yaitu program PMI Kabupaten Tangerang. Peserta terbaik akan diikutsertakan mewakili Kabupaten Tangerang dalam Jumbara tingkat Provinsi Banten.(hms/tom migran)


http://pmrsmpn1pasarkemis.blogspot.com/

Rabu, 19 September 2012

Prinsip Kerja Seorang Pelaku PK :



1.    Sikap yang baik seorang Pelaku PK penting untuk memberi kesan baik tentang kepribadiannnya:
§  Berperikemanusiaan
§  Bertanggungjawab
§  Selalu mengutamakan kepentingan si sakit
§  Selalu bersikap terbuka
2.    Menunjukan kemanuan kerja dengan tenang, cepat dan tanpa ragu-ragu.
3.    Mempunyai sifat ramah, selalu senyum, bersedia untuk mendengarkan keluhan dan mampu menenangkan si sakit.
4.    Berfikirlah sebelum bertindak atau bekerja
5.    Pengamatan serta informasi yang berwenang sangat bermanfaat dan membantu dalam menjalankan tugas perawatan
6.    Jagalah kebersihan lingkungan dan ruangan di sakit dengan tidak mengabaikan kebersihan diri sendiri.
7.    Catatlah selalu hasil pengamatan dan perawatan secara singkat jelas
8.    Usahakan agar tidak menambah penderitaan si sakit
9.    Jangan bertindak menyimpang dari peraturan dan perintah dokter/ petugas kesehatan.
10. Jika perlu untuk merujuk si sakit ke puskesmas atau rumah sakit, persiapkan dengan baik, baik keperluan orang sakit juga transportasi.
11. Selalu menjaga kerahasiaan medis pasien.


Peralatan Perawatan Keluarga :


1.    Peralatan yang diperlukan untuk PK tidak perlu sama dengan yang ada di rumah sakit, dengan peralatan sederhana kita dapat menolong orang sakit. Peralatan yang digunakan dapat menggunakan peralatan yang ada atau improvisasi.

2.   Perlengkapan PK sederhana :
Bagi Pelaku PK
   Celemek
   Peralatan mencuci tangan
§  Air mengalir (kran, botol, improvisasi lain)
§  Baskom (wadah menampung air)
§  Sabun dalam tempatnya (kalau perlu sikat tangan)
§  Handuk tangan/serbet.

Bagi orang sakit
   Peralatan tempat tidur
§  Tempat tidur dan bantal
§  Seprei, sarung bantal, kain perlak dan alas perlak (sedikitnya 2 set), selimut.
§  Alat penopang kaki (improvisasi)
   Peralatan mandi, buang air kecil (b.a.k), buang air besar (b.a.b)
§  2 ember
§  1 gayung
§  Baskom
§  2 washlap
§  2 handuk
§  Pasu najis
§  Labu kemih
§  Tissue
§  Air mengalir (di botol, ceret, wadah lainnya)
§  Sisir & alat make up untuk wanita
§  Air hangat dalam wadah
   Peralatan mencuci rambut
§  Talang plastik
§  Shampo
§  Alat pengering rambut (hair dryer, kipas, dll)
§  Handuk
§  Sisir
   Peralatan memelihara mulut
§  Sikat gigi
§  Pasta gigi
§  Bengkokan / kaleng / wadah penampungan buangan.
   Peralatan makan
§  Baki berisi : piring, sendok, garpu, gelas dengan tatakan dan tutupnya (dapat  diberi sedotan), serbet.
§  Meja kecil, bel (khusus untuk pasien yang dapat makan sendiri.
   Peralatan medis
§  Termometer, Tensi meter, Perban & Plester
   Peralatan Kompres
§  Washlap, air hangat atau air dingin
§  Kantong es/kompres dingin, kantong air panas/ kompres panas.
   Bahan lain yang diperlukan :
§  Talk, minyak pelumas & cream pelembab kulit.
   Desinfectant / cairan pensucihama & antiseptict.



http://pmrsmpn1pasarkemis.blogspot.com/

Selasa, 18 September 2012

Pp (Pembalutan dan Pembidaiaan)


METODE  PERTOLONGAN  PERTAMA 
(Pembalutan dan Pembidaian)


Prosedur Pembalutan :
Perhatikan tempat atau letak bagian tubuh yang akan dibalut dengan menjawab pertanyaan ini:
·         Bagian dari tubuh yang mana? (untuk menentukan macam pembalut yang digunakan dan ukuran pembalut bila menggunakan pita)
·         Luka terbuka atau tidak? (untuk perawatan luka dan menghentikan perdarahan)
·         Bagaimana luas luka? (untuk menentukan macam pembalut)
·         Perlu dibatasi gerak bagian tubuh tertentu atau tidak? (untuk menentukan perlu dibidai/tidak?)
Pilih jenis pembalut yang akan digunakan. Dapat satu atau kombinasi.
Sebelum dibalut, jika luka terbuka perlu diberi desinfektan atau dibalut dengan pembalut yang mengandung desinfektan. Jika terjadi disposisi/dislokasi perlu direposisi. Urut-urutan tindakan desinfeksi luka terbuka:
·         Letakkan sepotong kasa steril di tengah luka (tidak usah ditekan) untuk melindungi luka selama didesinfeksi.
·         Kulit sekitar luka dibasuh dengan air, disabun dan dicuci dengan zat antiseptik.
·         Kasa penutup luka diambil kembali. Luka disiram dengan air steril untuk membasuh bekuan darah dan kotoran yang terdapat di dalamnya.
·         Dengan menggunakan pinset steril (dibakar atau direbus lebih dahulu) kotoran yang tidak hanyut ketika disiram dibersihkan.
·         Tutup lukanya dengan sehelai sofratulle atau kasa steril biasa. Kemudian di atasnya dilapisi dengan kasa yang agak tebal dan lembut.
·         Kemudian berikan balutan yang menekan.
Apabila terjadi pendarahan, tindakan penghentian pendarahan dapat dilakukan dengan cara:
·         Pembalut tekan, dipertahankan sampai pendarahan berhenti atau sampai pertolongan yang lebih mantap dapat diberikan.
·         Penekanan dengan jari tangan di pangkal arteri yang terluka. Penekanan paling lama 15 menit.
·         Pengikatan dengan tourniquet.
§  Digunakan bila pendarahan sangat sulit dihentikan dengan cara biasa.
§  Lokasi pemasangan: lima jari di bawah ketiak (untuk pendarahan di lengan) dan lima jari di bawah lipat paha (untuk pendarahan di kaki)
§  Cara: lilitkan torniket di tempat yang dikehendaki, sebelumnya dialasi dengan kain atau kasa untuk mencegah lecet di kulit yang terkena torniket. Untuk torniket kain, perlu dikencangkan dengan sepotong kayu. Tanda torniket sudah kencang ialah menghilangnya denyut nadi di distal dan kulit menjadi pucat kekuningan.
§  Setiap 10 menit torniket dikendorkan selama 30 detik, sementara luka ditekan dengan kasa steril.
·         Elevasi bagian yang terluka
Tentukan posisi balutan dengan mempertimbangkan:
·         Dapat membatasi pergeseran/gerak bagian tubuh yang memang perlu difiksasi
·         Sesedikit mungkin membatasi gerak bgaian tubuh yang lain
·         Usahakan posisi balutan paling nyaman untuk kegiatan pokok penderita.
·         Tidak mengganggu peredaran darah, misalnya balutan berlapis, yang paling bawah letaknya di sebelah distal.
·         Tidak mudah kendor atau lepas
Prinsip dan Prosedur Pembidaian :
Prinsip
·         Lakukan pembidaian di mana anggota badan mengalami cedera (korban jangan dipindahkan sebelum dibidai). Korban dengan dugaan fraktur lebih aman dipindahkan ke tandu medis darurat setelah dilakukan tindakan perawatan luka, pembalutan dan pembidaian.
·         Lakukan juga pembidaian pada persangkaan patah tulang, jadi tidak perlu harus dipastikan dulu ada tidaknya patah tulang. Kemungkinan fraktur harus selalu dipikirkan setiap terjadi kecelakaan akibat benturan yang keras. Apabila ada keraguan, perlakukan sebagai fraktur.
·         Melewati minimal dua sendi yang berbatasan.


 
Prosedur Pembidaian
·         Siapkan alat-alat selengkapnya
·         Apabila penderita mengalami fraktur terbuka, hentikan perdarahan dan rawat lukanya dengan cara menutup dengan kasa steril dan membalutnya.
·         Bidai harus meliputi dua sendi dari tulang yang patah. Sebelum dipasang, diukur dahulu pada sendi yang sehat.
·         Bidai dibalut dengan pembalut sebelum digunakan. Memakai bantalan di antara bagian yang patah agar tidak terjadi kerusakan jaringan kulit, pembuluh darah, atau penekanan syaraf, terutama pada bagian tubuh yang ada tonjolan tulang.
·         Mengikat bidai dengan pengikat kain (dapat kain, baju, kopel, dan sebagainya) dimulai dari sebelah atas dan bawah fraktur. Tiap ikatan tidak boleh menyilang tepat di atas bagian fraktur. Simpul ikatan jatuh pada permukaan bidainya, tidak pada permukaan anggota tubuh yang dibidai.
·         Ikatan jangan terlalu keras atau kendor. Ikatan harus cukup jumlahnya agar secara keseluruhan bagian tubuh yang patah tidak bergerak.
·         Kalau memungkinkan anggota gerak tersebut ditinggikan setelah dibidai. Sepatu, gelang, jam tangan dan alat pengikat perlu dilepas.






http://pmrsmpn1pasarkemis.blogspot.com/
·         









Sepenggal Sejarah Henry Dunant dan Palang Merah Internasional



Jean Henri Dunant (8 Mei 1828 – 30 Oktober 1910), yang juga dikenal dengan nama Henry Dunant, adalah pengusaha dan aktivis sosial Swiss. Ketika melakukan perjalanan untuk urusan bisnis pada tahun 1859, dia menyaksikan akibat-akibat dari Pertempuran Solferino, sebuah lokasi yang dewasa ini merupakan bagian Italia. Kenangan dan pengalamannya itu dia tuliskan dalam sebuah buku dengan judul A Memory of Solferino (Kenangan Solferino), yang menginspirasi pembentukan Komite Internasional Palang Merah (ICRC) pada tahun 1863.Konvensi Jenewa 1864 didasarkan pada gagasan-gagasan Dunant. Pada tahun 1901, dia menerima Penghargaan Nobel Perdamaian yang pertama, bersama dengan Frédéric Passy.
Dunant lahir di Jenewa, Swiss, putra pertama dari pengusaha Jean-Jacques Dunant dan istrinya Antoinette Dunant-Colladon. Keluarganya adalah penganut mashab Kalvin (''Calvinist'') yang taat serta mempunyai pengaruh yang signifikan di kalangan masyarakat Jenewa. Kedua orangtuanya menekankan pentingnya nilai kegiatan sosial. Ayahnya aktif membantu anak yatim-piatu dan narapidana yang menjalani bebas bersyarat, sedangkan ibunya melakukan kegiatan sosial membantu orang sakit dan kaum miskin.

Dunant tumbuh pada masa kebangkitan kesadaran beragama yang dikenal dengan nama Réveil. Pada usia 18 tahun, dia bergabung dengan Perhimpunan Amal Jenewa (''Geneva Society for Alms Giving''). Pada tahun berikutnya, bersama teman-temannya, dia mendirikan perkumpulan yang disebut ”Thursday Association”, sebuah kelompok anak muda tanpa ikatan keanggotaan resmi yang melakukan pertemuan rutin untuk mempelajari Bibel dan menolong kaum miskin. Waktu senggangnya banyak dia habiskan untuk mengunjungi penjara dan melakukan kegiatan sosial. Pada tanggal 30 November 1852, Dunant mendirikan cabang YMCA di Jenewa. Tiga tahun kemudian, dia berpartisipasi dalam pertemuan Paris yang bertujuan membentuk YMCA menjadi sebuah organisasi internasional.
Pada tahun 1849, ketika berusia 21, Dunant terpaksa meninggalkan Kolese Kalvin (Collège Calvin) karena prestasi akademisnya buruk. Dia kemudian menjadi pekerja magang di perusahaan penukaran uang bernama Lullin et Sautter. Setelah masa magangnya selesai dengan prestasi baik, dia diangkat sebagai karyawan bank tersebut.

Sekembalinya ke Jenewa pada awal bulan Juli, Dunant memutuskan menulis sebuah buku tentang pengalamannya itu, yang kemudian dia beri judul Un Souvenir de Solferino (Kenangan Solferino). Buku ini diterbitkan pada tahun 1862 dengan jumlah 1.600 eksemplar, yang dicetak atas biaya Dunant sendiri. Dalam buku ini, Dunant melukiskan pertempuran yang terjadi, berbagai ongkos pertempuran tersebut, dan keadaan kacau-balau yang ditimbulkannya. Dia juga mengemukakan gagasan tentang perlunya dibentuk sebuah organisasi netral untuk memberikan perawatan kepada prajurit-prajurit yang terluka. Buku ini dia bagikan kepada banyak tokoh politik dan militer di Eropa.

Dunant juga memulai perjalanan ke seluruh Eropa untuk mempromosikan gagasannya. Buku tersebut mendapat sambutan yang sangat positif. Presiden Geneva Society for Public Welfare (Perhimpunan Jenewa untuk Kesejahteraan Umum), yaitu seorang ahli hukum bernama Gustave Moynier, mengangkat buku ini beserta usulan-usulan Dunant di dalamnya sebagai topik pertemuan organisasi tersebut pada tanggal 9 Februari 1863. Para anggota organisasi tersebut mengkaji usulan-usulan Dunant dan memberikan penilaian positif. Mereka kemudian membentuk sebuah Komite yang terdiri atas lima orang untuk menjajaki lebih lanjut kemungkinan mewujudkan ide-ide Dunant tersebut, dan Dunant diangkat sebagai salah satu anggota Komite ini. Keempat anggota lain dalam Komite ini ialah Gustave Moynier, jenderal angkatan bersenjata Swiss bernama Henri Dufour, dan dua orang dokter yang masing-masing bernama Louis Appia dan Théodore Maunoir. Komite ini mengadakan pertemuan yang pertama kali pada tanggal 17 Februari 1863, yang sekarang dianggap sebagai tanggal berdirinya Komite Internasional Palang Merah (ICRC).

Dari awal, Moynier dan Dunant saling berbeda pendapat dan bertikai menyangkut visi dan rencana mereka masing-masing, dan ketidaksepahaman mereka itu semakin lama semakin besar. Moynier menganggap ide Dunant tentang perlunya ditetapkan perlindungan kenetralan bagi para pemberi perawatan sebagai gagasan yang sulit diterima akal serta menasihati Dunant untuk tidak bersikeras memaksakan konsep tersebut. Namun, Dunant terus menganjurkan pendiriannya itu dalam setiap perjalanannya dan dalam setiap pembicaraannya dengan pejabat-pejabat politik dan militer tingkat tinggi. Ini semakin mempersengit konflik pribadi antara Moynier, yang memakai pendekatan pragmatis terhadap proyek tersebut, dan Dunant, yang merupakan idealis visioner di antara kelima anggota Komite itu. Pada akhirnya, Moynier berusaha menyerang dan menggagalkan Dunant ketika Dunant mencalonkan diri untuk posisi ketua Komite.
Pada bulan Oktober 1863, 14 negara berpartisipasi dalam pertemuan yang diselenggarakan oleh Komite tersebut di Jenewa untuk membahas masalah perbaikan perawatan bagi prajurit terluka. Namun, Dunant sendiri hanya menjadi ketua protokoler dalam pertemuan tersebut sebagai akibat dari usaha Moynier untuk memperkecil perannya. Setahun kemudian, pada tanggal 22 Agustus 1864, sebuah konferensi diplomatik yang diselenggarakan oleh Parlemen Swiss membuahkan hasil berupa ditandatanganinya Konvensi Jenewa Pertama oleh 12 negara. Untuk konferensi ini pun, Dunant hanya bertugas sebagai pengatur akomodasi bagi peserta.

Pada tahun 1901, Dunant menerima Hadiah Nobel Perdamaian pertama yang pernah dianugerahkan, yaitu atas perannya dalam mendirikan Gerakan Palang Merah Internasional dan mengawali proses terbentuknya Konvensi Jenewa. Dokter militer Norwegia, Hans Daae, yang pernah menerima satu eksemplar buku tulisan Müller itu, mengadvokasikan kasus Dunant kepada Panitia Nobel. Hadiah tersebut adalah hadiah bersama yang diberikan kepada Dunant dan Frédéric Passy, seorang aktivis perdamaian Prancis yang mendirikan Liga Perdamaian dan yang aktif bersama Dunant dalam Aliansi untuk Ketertiban dan Peradaban (Alliance for Order and Civilization). Ucapan selamat resmi yang akhirnya diterima Dunant dari Komite Internasional Palang Merah merepresentasikan rehabilitasi nama Dunant:
“Tak ada yang lebih layak untuk menerima kehormatan ini, karena Andalah yang empat puluh tahun yang lalu mendirikan organisasi internasional bantuan kemanusiaan bagi korban luka di medan tempur. Tanpa Anda, Palang Merah, yang merupakan prestasi kemanusiaan yang agung abad kesembilan belas, barangkali tak akan pernah diusahakan.”

Moynier dan Komite Internasional Palang Merah secara keseluruhan juga dinominasikan untuk Hadiah Nobel Perdamaian tersebut. Meskipun Dunant memperoleh dukungan dari kalangan luas dalam proses seleksi, dia tetap merupakan calon yang kontroversial. Sejumlah pihak berargumen bahwa Palang Merah dan Konvensi Jenewa justru membuat perang menjadi lebih menarik dan menggoda dengan meringankan sebagian dari penderitaan yang ditimbulkan perang. Oleh karena itu, Müller dalam suratnya kepada Panitia Nobel menyampaikan pendapat bahwa hadiah tersebut perlu dibagi antara Dunant dan Passy, yang sempat menjadi calon utama untuk menjadi satu-satunya penerima hadiah tersebut dalam perdebatan yang terjadi selama berlangsungnya proses seleksi. Müller juga menyarankan bahwa sekiranya Dunant dianggap layak untuk menerima Hadiah Nobel, hadiah tersebut perlu segera diberikan kepadanya mengingat usianya yang telah lanjut dan kondisi kesehatannya yang sudah memburuk.

Keputusan Panitia Nobel untuk membagi hadiah tersebut antara Passy, seorang tokoh perdamaian, dan Dunant, seorang tokoh kemanusiaan, menjadi preseden bagi persyaratan mengenai seleksi penerima Hadiah Nobel Perdamaian yang berdampak signifikan pada tahun-tahun berikutnya. Salah satu bagian dalam surat wasiat Nobel menyebutkan bahwa hadiah untuk perdamaian diberikan kepada orang yang berupaya mengurangi atau menghapuskan pasukan tetap (standing armies) atau berupaya untuk scara langsung mempromosikan konferensi perdamaian. Inilah yang membuat Passy secara alamiah terpilih menjadi calon penerima hadiah tersebut berkat usaha-usahanya di bidang perdamaian. Pemberian Hadiah Nobel untuk usaha-usaha di bidang kemanusiaan saja akan menjadi hal yang sangat mencolok, dan hal tersebut dianggap oleh sejumlah pihak sebagai penafsiran yang terlalu luas atas surat wasiat Nobel. Akan tetapi, satu bagian lain dalam surat wasiat Nobel menetapkan hadiah bagi orang yang berprestasi terbaik dalam meningkatkan “persaudaraan antarmanusia” (the brotherhood of people). Ini secara lebih umum bisa ditafsirkan sebagai pesan bahwa usaha-usaha kemanusiaan seperti yang dilakukan oleh Dunant itu juga terkait dengan usaha-usaha perdamaian. Penerima Hadiah Nobel Perdamaian di tahun-tahun berikutnya yang banyak jumlahnya itu dimasukkan ke dalam salah satu dari dua kategori yang untuk pertama kalinya ditetapkan oleh keputusan Panitia Nobel 1901 tersebut.

Hans Daae berhasil menaruh uang hadiah yang menjadi bagian Dunant, sebesar 104.000 franc Swiss, di sebuah bank di Norwegia dan mencegah uang tersebut diakses oleh para kreditor Dunant. Dunant sendiri tak pernah memakai sedikit pun dari uang tersebut dalam hidupnya.
Di antara beberapa penghargaan lain yang diterima oleh Dunant di tahun-tahun berikutnya ialah gelar doktor kehormatan dari Fakultas Kedokteran University of Heidelberg, yang diterimanya pada tahun 1903. Dunant tinggal di panti jompo di Heiden hingga akhir hayatnya. Pada tahun-tahun terakhir hidupnya, dia menderita depresi dan ketakutan (paranoia) bahwa dia terus dicari-cari oleh para kreditornya dan Moynier. Bahkan Dunant kadang-kadang mendesak juru masak panti jompo tersebut untuk mencicipi terlebih dulu jatah makanannya di hadapan dia agar dia terlindung dari kemungkinan diracuni. Meskipun mengaku tetap berkeyakinan Kristen, Dunant pada tahun-tahun terakhir hidupnya menolak dan menyerang Kalvinisme dan agama terorganisasi (organized religion) pada umumnya.

Menurut para juru rawatnya, tindakan terakhir yang dilakukan Dunant dalam hidupnya ialah mengirimkan satu eksemplar buku tulisan Müller kepada ratu Italia disertai surat pengantar dari Dunant sendiri. Dunant meninggal dunia pada tanggal 30 Oktober 1910, dan kata-kata terakhirnya ialah “Kemana lenyapnya kemanusiaan?” Dunant meninggal hanya dua bulan setelah musuh bebuyutannya, Moynier. Meskipun ICRC menyampaikan ucapan selamat kepada Dunant atas penganugerahan Hadiah Nobel tersebut, kedua rival ini tak pernah berrekonsiliasi.

Sesuai keinginannya, Dunant dikuburkan tanpa upacara di Kompleks Pemakaman Sihlfeld di Zurich. Dalam surat wasiatnya, dia mendonasikan sejumlah uang untuk menyediakan satu “ranjang gratis” di panti jompo di Heiden tersebut, yang harus selalu tersedia untuk warga miskin kawasan itu. Dia juga memberikan sejumlah uang, melalui akte notaris, kepada teman-temannya dan kepada organisasi amal di Norwegia dan Swiss. Sisa uangnya dia berikan kepada para kreditornya sehingga sebagian utangnya lunas. Ketidakmampuan Dunant untuk sepenuhnya melunasi utang-utangnya menjadi beban besar baginya hingga hari kematiannya.
Hari ulang tahunnya, 8 Mei, dirayakan sebagai Hari Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Sedunia (''World Red Cross and Red Crescent Day''). Panti jompo di Heiden yang dulu menampungnya itu sekarang menjadi Museum Henry Dunant. Di Jenewa dan sejumlah kota lain ada banyak sekali jalan, lapangan, dan sekolah yang dinamai dengan namanya. Medali Henry Dunant, yang dianugerahkan setiap dua tahun oleh Komisi Tetap Gerakan Palang Merah dan Palang Merah Internasional, merupakan penghargaan tertinggi yang dianugerahkan oleh Gerakan.

Kisah hidup Dunant diceritakan, dengan sejumlah unsur fiksi, dalam film D'homme à hommes (1948) yang dibintangi oleh Jean-Louis Barrault. Masa hidup Dunant ketika Palang Merah didirikan ditampilkan dalam film produksi bersama internasional yang berjudul Henry Dunant: Red on the Cross (2006). Pada tahun 2010, Takarazuka Revue menggelar drama musikal berdasarkan pengalaman Dunant di Solferino dan proses pendirian Palang Merah. Drama musikal ini berjudul ソルフェリーノの夜明け (Fajar di Solferino, atau Kemana Lenyapnya Kemanusiaan?).


http://pmrsmpn1pasarkemis.blogspot.com/