METODE
PERTOLONGAN PERTAMA
(Pembalutan dan Pembidaian)
(Pembalutan dan Pembidaian)
Prosedur Pembalutan :
Perhatikan tempat atau letak bagian tubuh yang akan
dibalut dengan menjawab pertanyaan ini:
·
Bagian dari tubuh yang mana? (untuk menentukan
macam pembalut yang digunakan dan ukuran pembalut bila menggunakan pita)
·
Luka terbuka atau tidak? (untuk perawatan luka
dan menghentikan perdarahan)
·
Bagaimana luas luka? (untuk menentukan macam pembalut)
·
Perlu dibatasi gerak bagian tubuh tertentu atau
tidak? (untuk menentukan perlu dibidai/tidak?)
Pilih jenis pembalut yang akan digunakan. Dapat satu
atau kombinasi.
Sebelum dibalut, jika luka terbuka perlu diberi
desinfektan atau dibalut dengan pembalut yang mengandung desinfektan. Jika
terjadi disposisi/dislokasi perlu direposisi. Urut-urutan tindakan desinfeksi
luka terbuka:
·
Letakkan sepotong kasa steril di tengah luka (tidak usah ditekan) untuk
melindungi luka selama didesinfeksi.
·
Kulit sekitar luka dibasuh dengan air, disabun dan dicuci dengan zat
antiseptik.
·
Kasa penutup luka diambil kembali. Luka disiram dengan air steril untuk
membasuh bekuan darah dan kotoran yang terdapat di dalamnya.
·
Dengan menggunakan pinset steril (dibakar atau direbus lebih dahulu)
kotoran yang tidak hanyut ketika disiram dibersihkan.
·
Tutup lukanya dengan sehelai sofratulle atau kasa steril biasa. Kemudian di
atasnya dilapisi dengan kasa yang agak tebal dan lembut.
·
Kemudian berikan balutan yang menekan.
Apabila terjadi pendarahan, tindakan penghentian
pendarahan dapat dilakukan dengan cara:
·
Pembalut tekan, dipertahankan sampai pendarahan berhenti atau sampai
pertolongan yang lebih mantap dapat diberikan.
·
Penekanan dengan jari tangan di pangkal arteri yang terluka. Penekanan
paling lama 15 menit.
·
Pengikatan dengan tourniquet.
§
Digunakan bila pendarahan sangat sulit dihentikan dengan cara biasa.
§
Lokasi pemasangan: lima jari di bawah ketiak (untuk pendarahan di lengan)
dan lima jari di bawah lipat paha (untuk pendarahan di kaki)
§
Cara: lilitkan torniket di tempat yang dikehendaki, sebelumnya dialasi
dengan kain atau kasa untuk mencegah lecet di kulit yang terkena torniket. Untuk
torniket kain, perlu dikencangkan dengan sepotong kayu. Tanda torniket sudah
kencang ialah menghilangnya denyut nadi di distal dan kulit menjadi pucat
kekuningan.
§
Setiap 10 menit torniket dikendorkan selama 30 detik, sementara luka
ditekan dengan kasa steril.
·
Elevasi bagian yang terluka
Tentukan posisi balutan dengan mempertimbangkan:
·
Dapat membatasi pergeseran/gerak bagian tubuh yang memang perlu difiksasi
·
Sesedikit mungkin membatasi gerak bgaian tubuh yang lain
·
Usahakan posisi balutan paling nyaman untuk kegiatan pokok penderita.
·
Tidak mengganggu peredaran darah, misalnya balutan berlapis, yang paling
bawah letaknya di sebelah distal.
·
Tidak mudah kendor atau lepas
Prinsip dan Prosedur Pembidaian :
Prinsip
Prinsip
·
Lakukan pembidaian di mana anggota badan mengalami cedera (korban jangan
dipindahkan sebelum dibidai). Korban dengan dugaan fraktur lebih aman
dipindahkan ke tandu medis darurat setelah dilakukan tindakan perawatan luka,
pembalutan dan pembidaian.
·
Lakukan juga pembidaian pada persangkaan patah tulang, jadi tidak perlu
harus dipastikan dulu ada tidaknya patah tulang. Kemungkinan fraktur harus
selalu dipikirkan setiap terjadi kecelakaan akibat benturan yang keras. Apabila
ada keraguan, perlakukan sebagai fraktur.
·
Melewati minimal dua sendi yang berbatasan.
Prosedur Pembidaian
·
Siapkan alat-alat selengkapnya
·
Apabila penderita mengalami fraktur terbuka, hentikan perdarahan dan rawat
lukanya dengan cara menutup dengan kasa steril dan membalutnya.
·
Bidai harus meliputi dua sendi dari tulang yang patah. Sebelum dipasang,
diukur dahulu pada sendi yang sehat.
·
Bidai dibalut dengan pembalut sebelum digunakan. Memakai bantalan di antara
bagian yang patah agar tidak terjadi kerusakan jaringan kulit, pembuluh darah,
atau penekanan syaraf, terutama pada bagian tubuh yang ada tonjolan tulang.
·
Mengikat bidai dengan pengikat kain (dapat kain, baju, kopel, dan
sebagainya) dimulai dari sebelah atas dan bawah fraktur. Tiap ikatan tidak
boleh menyilang tepat di atas bagian fraktur. Simpul ikatan jatuh pada
permukaan bidainya, tidak pada permukaan anggota tubuh yang dibidai.
·
Ikatan jangan terlalu keras atau kendor. Ikatan harus cukup jumlahnya agar
secara keseluruhan bagian tubuh yang patah tidak bergerak.
·
Kalau memungkinkan anggota gerak tersebut ditinggikan setelah dibidai.
Sepatu, gelang, jam tangan dan alat pengikat perlu dilepas.
http://pmrsmpn1pasarkemis.blogspot.com/
·
Tidak ada komentar:
Posting Komentar